Pages

Novel - BAB 6 (Cuplikan)


.....

Proses belajar-mengajar berlangsung sedikit membosankan. Aku sungguh tidak dapat konsentrasi menerima setiap pelajaran yang diberikan. Sebentar-bentar aku melihat jam yang terasa amat lama untuk berpindah ke angka selanjutnya. Sementara angin meniup tengkukku beberapa kali. Penasaran, aku menoleh ke belakang, mengira ada yang iseng. Tapi ternyata, di setiap pojok bagian belakang ruang kelasku sudah ditempati makhluk tak ideal, tentunya mereka tidak kukenal sama sekali. Apa mereka ikut belajar? Tapi mereka terlihat cuma fokus memperhatikanku begitu tajam. Buru-buru, aku kembali menghadap ke depan. Sama saja, di pojok bagian depan pun kini sudah disarangi mereka yang .... yang.... yang bikin perutku mual!.


Duh!” keluhku sambil memegang perut.


Buih keringat dingin muncul mengilapkan kulitku jika terkena cahaya. Aku ketakutan dan merasa pusing. Kepala kutelungkupkan dengan posisi miring di atas meja dengan tangan kanan sebagai bantal sedangkan tangan kiri tetap menekan-nekan perutku yang semakin ingin mengeluarkan isinya.


Akhirnya pelajaran usai, waktunya para siswa untuk istirahat. Namun aku masih diam di bangkuku. Dan berhubung leherku sedikit pegal dikarenakan menghadap kanan sedari tadi hingga bel istirahat berbunyi.


Ditengah rasa pusing yang masih menyerang kepalaku, kucoba untuk duduk tegak. Untung saja mereka yang kulihat tadi sudah tidak ada. Lalu bukannya enakkan duduk dengan posisi begini malah ini membuatku semakin, semakin, dan semakin pusing ditambah isi perut seperti sudah berada di ujung tenggorokan.


Tidak tahan, aku memutuskan untuk pergi ke WC yang berada di lantai dasar –kelasku terletak di lantai dua– untuk mengeluarkan isi perut yang menuntut ingin keluar. Tetapi, saat baru saja berdiri dan berjalan sekitar dua langkah, isi perutku itu tumpah dari mulut yang agak pucat dan dingin di dalam kelas. Aku sungguh malu, tapi aku bersyukur mempunyai teman yang pengertian dan mau membantu.


“Ke UKS aja yuk,” ajak salah seorang teman kelasku yang merupakan anggota PMR di sekolah.

“Ngga ah, aku di sini saja,” tolakku kemudian duduk bersandar pada tembok.

Tidak ada paksaan yang kuterima, temanku itu langsung turun dan kembali namun membawa segelas air gula hangat dicampur perasan jeruk nipis. “Kalo gitu, minum ini,”

“Ya, terimakasih.”


Tak lama kemudian kondisiku membaik. Aku kembali memasuki kelas yang masih memiliki aura negatif.


AAAA-AAAA-AAAA


“Ada orang kesurupan tuh,”

Mendengar kata kesurupan, aku sangat senang. Tidak tahu apa penyebabnya. Di momen seperti itu aku bisa membuktikan bahwa mereka itu ada di langit yang sama dengan yang kita naungi.


“Siapa tuh?,” selidikku.

“Kakak kelas,”

“Coba, permisi.. aku mau lihat.” Aku mengenali orang yang kesurupan itu. Memang beberapa waktu yang lalu aku melihat dia seperti kehilangan kendali, aura pada tubuhnya menampakkan perasaan dirinya yang mudah berubah.


Aku hanya mengamati kakak kelas itu dari jarak yang tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh. Selain teman-temannya yang menahan tangan dan kakinya yang terus meronta, di dekatnya juga ada lelaki aneh berawakan gemuk berkulit gelap dan hanya menggunakan kolor saja.


Lelaki itu memiliki bulu-bulu lebat yang menumbuhi kulitnya, rambutnya gondrong acak-acakkan serta wajah yang sangar membuat penampilannya amat jauh berbeda di antara semua orang yang ada. Ini pertanda, lelaki itu bukan manusia, lelaki itu adalah makhluk yang mengganggu kakak kelasku itu.


Melalui batin, aku dan si makhluk aneh itu bercakap-cakap.


“Kenapa kamu ganggu dia?”

“Dia lemah,”

“Lalu apa hubungannya? Hah?,”

Pertanyaanku tak dijawab.

“HEY! Kenapa? Kamu ini suka mengganggu!”

“Tidak, kalian pun suka mengganggu tempat kami,”

“Maksudmu?”

“Kalian yang memulai,”

“Kami itu sebagian besar tidak bisa melihat wujudmu, jadi jika kami melakukan kesalahan, maafkan,” aku menghela napas panjang, “Tapi tidak harus begini caramu membalas kami.”

“Tidak mau,”

“Lah kenapa, gitu?”

“Bukan urusanmu. Lagipula mereka yang sebenarnya tau keberadaan kami tapi malah mereka yang mengganggu, dan banyak yang tidak percaya.”

“Makanya ka........”

Belum saja aku mengakhiri kalimat yang akan kuucapkan, tetapi makhluk itu malah pergi dan semakin jahat.


Kakak kelasku mengerang-erang histeris. Teriakannya nyaring dan terdengar mengerikan. Suaranya seolah mengaum. Tubuh perempuan yang kemasukan setan ini semakin kejang, ia mengedarkan pandangan. Ekspresi matanya semakin beringas dan memancarkan amarah layaknya binatang.


“AAAKKKHH! GRRMMMMM!” ia meraung keras.


Sungguh, aku kasihan melihatnya seperti itu. Tapi aku juga tidak bisa melakukan sesuatu. Makhluk yang merasuki tubuhnya terlalu keras kepala. Aku berdiri dalam diam mengingat perkataan makhluk itu tadi. ‘mengganggu tempat?’.


Refleks, kaki ini tiba-tiba mengajakku menuju jendela. Bola mata membawaku untuk menyaksikan pohon sawo yang tertanam di halaman depan sekolah.


“Oh jadi ini penyebabnya,”

“Apa itu?,” sambar seseorang yang kukenal menanyakan perkataanku.

“Eeeee.. mmmm ngga ada,” aku lumayan bersusah payah menjawabnya dan beringsut pergi serta kembali ke kelas.


Pantas saja hari ini banyak kejadian aneh yang kualami semenjak tiba di sekolah. Ternyata ini penyebabnya. Pohon kokoh yang tertanam di halaman depan sekolah telah dipangkas agar tidak terlalu lebat. Rupanya mereka yang tak kasatmata oleh manusia biasa merasa terganggu dan membuatnya naik pitam.


Sebenarnya, di situ ada dua pohon besar yang tertanam. Sudah lama pohon itu berada di sana. Dan menjadi markas para hantu, jin, setan, atau apalah namanya itu.


Pohon dengan nama ilmiah Chrysophyllum Cainito itu memiliki buah yang manis. Kebanyakan orang menyebutnya pohon sawo susu.


Aku memerhatikan pohon itu cukup lama dari jendela kelas, tiba-tiba...


“Woy! Serius amat. Liat apaan si?” temanku membuatku kaget. Ia kemudian berdiri di sampingku.

“Liat pohon itu, ya?,” tanyanya

“Iya,” ah aku benar-benar tidak mood untuk berbicara panjang.

“Sudahlah, jangan dilihat terus, ngeri lho... Bukan pohonnya yang ngeri, tapi kamunya haha,”

“Sialan,” ketusku. Ini memancingku untuk bertanya pada temanku itu, “Kenapa pohon yang itu saja tempat mereka tinggal?”

Temanku bingung, “Maksud kamu hantu?”

“Menurutmu?”

Lalu dia ikut memerhatikan pohon tua yang masih mampu menopang dahan-dahannya yang besar. Tampak guratan wajahnya mengisyaratkan bahwa ia ikut penasaran dan bingung.

“Aku juga ngga tau, aku kan ngga bisa melihat mereka yang kamu maksud,”

“Iya sih,” aku terdiam beberapa detik sambil terus mengamati pohon sawo susu yang bagiku tak semanis namanya, “Coba deh kamu perhatikan lebih jelas. Pohon yang ini jauh lebih tenang seperti ada yang melindunginya,”

“Bener juga. Kalo yang itu kan sering banget gerak ditiup angin,”

Kami pun kemudian diam seribu bahasa. Masih dalam posisi yang sama, pohon angker itu menghipnosisku agar aku selalu melihatnya. Sampai aku melihat ada sesuatu yang sedang duduk di salah satu dahannya, membelakangiku. Rambutnya panjang sekali, kukunya hitam sepanjang tiga sentimeter.


Bukannya hantu itu muncul di malam hari saja?


Tidak benar. Jika kalian mempunyai bakat melihatnya, mungkin kalian juga akan heran. Mereka hadir di setiap waktu dan tentu akan mengganggu aktivitas kalian. Apalagi kalau yang kalian temui itu iseng, ah aku berani jamin kalian pasti akan sering mengumpat kesal.


Wanita yang terlihat cantik dari belakang itu masih ada di sana. Perlahan namun pasti, kepalanya memutar menoleh ke arah aku dan temanku. Hanya aku saja yang melihatnya. Wanita itu ternyata tak secantik yang kubayangkan saat ia masih membelakangi kami. Mukanya sedikit mencong ke kiri dengan bibir yang melepuh serta mengeluarkan lendir berdarah dari mulutnya yang tidak bisa mengatup.


“Hoek!” hampir saja aku muntah untuk yang kedua kalinya. Pemandangan seperti ini sungguh tidak pantas untuk disaksikan berlama-lama. Sangat menjijikan! Huft... aku sudah tidak tahan. Aku mendesis tegas, “Jangan diliatin terus ah!”

Temanku bingung. “Kenapa emangnya?”

“Kalo aku bilang jangan, ya jangan!” larangku dengan tegas.



Kebetulan bel masuk pun berbunyi nyaring menyuruh para siswa untuk kembali ke kelasnya masing-masing. Setidaknya sekarang aku cukup berkonsentrasi menerima pelajaran yang diberikan guruku.

***

......

SAMBUNGAN »

Firdi Ramadhan

4 komentar:

  1. HIPNOSIS ?? bknnya hipnotis ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hipnosis : suatu ilmu atau seni berkomunikasi dengan alam bawah sadar kita
      Hipnotis : orang yang melakukan Hipnosis

      Terimakasih

      Hapus
  2. Balasan
    1. Ini perbedaan hipnotis dengan hipnosis:
      http://id.wikipedia.org/wiki/Hipnosis

      Hapus