Pages

Tugas Observasi dan Perbandingan – Sospol

UNIVERSITAS MATARAM
Semester/Prodi                       : I/ S1 Manajemen Reg. Pagi
Kelas'                                      : A

Nama Anggota Kelompok      :
1.  Deni Hidayat                       (NIM. A1B014043)
2. Firdi Kharisma Ramadhan'  (NIM. A1B014053)
3.  Lalu Wirdani                       (NIM. A1B014081)
4.  M. Isror Hadi                       (NIM. A1B014103)
5. Syamsul Anwar                    (NIM. A1B014149)
 




Kelompok Mayoritas seolah selalu berada di atas Kelompok Minoritas(?)


1.        Agama

Perlu diketahui bahwa di Indonesia terdapat 6 (enam) agama yang diakui Pemerintah Republik Indonesia. Islam merupakan agama yang penganutnya paling banyak di Indonesia, yakni sekitar 87,18% (dikutip dari Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia). Itu artinya bahwa agama Islam menjadi agama mayoritas.

Tentunya, di dalam kehidupan sosial beragama seringkali kita temui masyarakat mengalami konflik sosial yang justru memaksa pemerintah memberlakukan sebuah kebijakan tertentu. Oleh sebab itu, toleransi menjadi hal penting yang harus ada dalam masalah ini.


Sebagai contoh yang sering kita jumpai di masyarakat:

Saat memasuki Hari Raya besar suatu agama, misalnya agama Islam (Idul Fitri) dan Kristen (Natal). Kita dapat melihat bahwa ada perbedaan di antara keduanya yang bukan menjurus ke arah ibadah.

Mungkin kita mengetahui sistem pengamanan yang diberlakukan saat Hari Raya Idul Fitri dengan Hari Natal berbeda. Saat Idul Fitri, pengamanan tidak terlalu diintensifkan di tempat ibadah (Masjid). Sementara saat Hari Natal, pengamanan di tempat ibadah (Gereja) menjadi lokasi utama yang mesti dilindungi.

Mengapa? Karena penganut agama tersebut (kelompok minoritas) merasa was-was jika belum ada pemberitahuan mengenai kesterilan tempat ibadah mereka. Itu dikarenakan isu terorisme masih sering bermunculan dan benar-benar terjadi. Lain halnya dengan kelompok mayoritas yang bisa dengan tenang beribadah kapan saja mereka mau.


2.        Suku, Ras, dan Budaya

Berbicara mengenai suku, ras, dan budaya. Indonesia sangat kaya akan  hal ini. Kasus mayoritas dan minoritas dapat terjadi diakibatkan terjadinya proses imigrasi suatu suku ke daerah suku lainnya. Ketika para imigran hadir dengan jumlah cukup besar dan membentuk sebuah identitas tersendiri, di sinilah muncul kelompok minoritas.

Kita bisa mengambil beberapa contoh:

» Mahasiswa baru yang memiliki kelompok yang sangat kecil biasanya lebih senang menyendiri dan sulit untuk berinteraksi dibandingkan dengan kelompok mayoritas yang bisa kapan saja berkumpul dan melakukan interaksi sosial.

»   Kelompok mayoritas yang cenderung memiliki sifat menganggap budayanya lebih baik dibandingkan yang lainnya. Seperti saat seorang dalam kelompok mayoritas di suatu wilayah yang kesehariannya menggunakan bahasa daerah cenderung tetap berbicara menggunakan bahasa daerahnya walaupun lawan bicaranya bukan pengguna bahasa daerah tersebut. Biasanya kelompok mayoritas seperti itu jarang ada yang mau mempelajari bahasa umum (Bahasa Indonesia) atau bahasa lawan bicaranya. Jadi, mau tidak mau, si lawan bicara harus dapat memahami bahasa daerah tersebut atau harus dengan didampingi seorang translator.

»   Tayangan TV Nasional yang seringkali menggunakan bahasa Jawa (suku mayoritas di Indonesia, konon sekitar 40%). Suku yang lain lebih mudah menerima budaya suku kelompok mayoritas masuk ke dalam budayanya, dan sebaliknya.


3.        Politik

Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi. Tetapi, jika dalam suatu lingkup masyarakat yang terdapat kelompok mayoritas dan minoritas terjadi suatu peristiwa yang harus diselesaikan secara bersama-sama. Kelompok minoritas cenderung tidak berani untuk mengungkapkan pendapatnya. Biasanya mereka hanya memberi beberapa masukkan, namun apabila masukkan itu ditolak mereka cenderung mengiyakan keputusan itu.

Selain itu agama juga sangat memengaruhi politik di Indonesia. Karena banyak orang yang beranggapan bahwa seorang pemimpin harus berasal dari penganut agama yang sama dengannya.

Seperti yang pernah terjadi saat PilPres 2014 yang lalu, kelompok minoritas agama kebanyakan memilih capres yang tidak menjurus ke deskriminasi agama. Sedangkan kelompok mayoritas dapat memilih yang mana saja. Jadi, kelompok mayoritas memiliki pilihan yang banyak ketimbang kelompok minoritas.


4.        Ekonomi
Banyak konflik di tanah air yang terjadi akibat ketidak meratanya kesejahteraan ekonomi yang terjadi antara kelompok mapan dan kelompok yang merasa mendapat kurang kesejahteraan ekonomi. Contoh dari persoalan ini adalah kaum buruh yang sering bertindak anarkis karena permasalahan ekonomi.

Dari contoh di atas, dapat kita ketahui bahwa kelompok minoritas (kekuasaannya rendah) dapat bertindak lebih anarkis.


Kesimpulan                            :

Hidup ini tak lepas dari interaksi sosial yang di dalamnya terdapat pengklasifikasian mengenai strata sosial. Kita cenderung hidup berkelompok dan menganggap kelompoknya yang terbaik. Sehingga sering timbul konflik-konflik dan perlu adanya akomodasi (dengan toleransi) dari semua pihak agar dapat hidup berdampingan.

Mau download materi ini dalam bentuk .ppt? ==> klik di sini!
Lihatlah ini dari kacamata seorang sosiolog, bukan yang lainnya.

Firdi Ramadhan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar