Pages

NOVEL - BAB 1 (cuplikan)

Kembali ke kisahku..

Saat usiaku masih di bawah lima tahun, aku ditinggal pergi Ayahku untuk selama-lamanya. Ayah kini tenang di sisi Tuhan. Dan sejak itulah aku sering melihat sosok dimensi lain, tapi aku belum tahu yang aku lihat itu apa. Apakah hanya imajinasiku atau apalah?, memang di usia sedini itu cukup sulit untuk mengetahui hal-hal seperti yang namanya hantu.


Makhluk beda alam sekarang sering menggangguku. Pertama, aku dihantui oleh makhluk berawakan kerdil, botak, dan berjenggot. Dia menyeringai ke arahku. Kulitnya yang berlipat menandakan bahwa ia sudah tua. Matanya yang bulat menatapku tajam,  itu mampu melemahkan nyali kekanak-kanakanku. Aku benar-benar tidak sengaja melihat makhluk sialan itu. Sekarang aku menyesal, kalau saja saat itu aku tidak membuka gorden jendela kamar yang langsung menghadap gang di samping rumah dalam keadaan langit sudah gelap, mungkin sampai hari ini aku tidak pernah bertemu dengan dia. Ya sudahlah, takdir rupanya memang mau aku mengalaminya.


Setelah wajah kami saling berhadapan, dan makhluk itu mendengus kesal, aku langsung menutup kembali gorden jendela kamar lantas berlari mencari ibu yang berada di dapur bersama kakak perempuanku. Aku menceritakan peristiwa yang baru saja aku alami.

“Bu, tadi di luar siapa?,” tanyaku dengan diselimuti ketakutan

“Di mana?” Ibu berbalik nanya

“Jendela.” Aku menunjuk ke arah kamar.

Tanpa berpikir panjang, kaki ibu mulai melangkah menuju kamar, membuka gorden. Namun kosong. Tak ada siapa pun. “Mana?”

“Tadi ada di sini kok!. Serem.”


Sepertinya ibu merasa ada aura lain, bulu halus yang tumbuh di sekujur tubuhnya telah tegak berdiri. Tetapi karena tidak menemukan siapa atau apa pun di luar sana, ibu memutuskan untuk beranjak tanpa mengingat kejadian yang kualami. Ya mungkin supaya aku tidak semakin takut.


Malam semakin larut, mata sudah tak mampu menahan rasa kantuk. Sudah saatnya untuk aku tidur, anak seusia aku waktu itu memang membutuhkan istirahat yang lebih. Lantunan lagu nina bobo dinyanyikan ibu mengantarkanku untuk segera tidur. Sunyi. Detik jam dinding juga terdengar cukup keras seperti mengiringi lagu yang sekarang sedang berusaha membuatku terlelap. Setelah itu aku tidak sadar apa yang terjadi karena aku sudah nyenyak bermimpi.



Tidak tahu sudah berapa lama aku terbaring pulas di atas ranjang. Yang pasti ketika dini hari aku terbangun karena merasa haus. Ah aku masih manja, jadi aku bangunkan ibuku untuk mengambilkanku air dingin di kulkas. Sebelumnya, mataku tak sengaja menangkap sesosok bayangan berbalut kain putih menutupi seluruh tubuhnya kecuali bagian muka, sedang berdiri persis di mulut pintu kamar. Apakah itu pocong? Aku benar-benar tidak tahu. Tetapi sepertinya itu memang pocong jika dilihat dari ciri yang dimilikinya. Setelah berhasil membangunkan ibu dari tidurnya, sosok yang tadi menghilang entah kemana. Pikiranku tak karuan, namun aku tak mau terlalu memperdulikan pocong itu lagi. 

(cuplikan. nantikan versi full setelah novel saya terbit)
SAMBUNGAN »

Firdi Ramadhan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar