Tentang Sebuah Ulasan

Sebelum iblis menjemput di hari Kamis, 9 Agustus 2018, saya sudah punya rencana untuk menonton ramai-ramai bersama teman-teman sekaligus sebagai ‘syukuran’ atas kewisudaan saya dan beberapa teman pada 28 Juli lalu. Namun bencana gempa yang hadir rupanya sukses memutarbalikkan apa yang telah ditulis dalam agenda harapan. Ini adalah bukti bahwa takdir Tuhan lebih hebat. Sehingga tepat di hari pertama perilisan serentak tersebut, pukul 12.30 WITA yang terealisasi hanyalah saya tetap menonton Sebelum Iblis Menjemput bersama seorang sahabat. Iya, berdua saja. Bahkan berdua di dalam auditorium CGV Transmart Mataram.

Kami menonton film Sebelum Iblis Menjemput bermodal nekad sebab jujur saja ada rasa was-was terjadinya gempa susulan. Benar saja, hampir di pertengahan film, gempa berkekuatan 6,2SR hadir kembali menghamburkan seluruh jiwa yang berada di dalam gedung. Dengan berat hati, kami juga ikut keluar menyelamatkan diri dan menghentikan tayangan yang sebenarnya sedang menegangkan, yaitu saat Laksmi ‘berubah’. Seketika operasional pusat perbelanjaan tersebut ditutup, sehingga sudah tidak ada harapan untuk melanjutkan pertunjukan sadis di hari itu.

Namun, 4 hari setelah kejadian tersebut. Senin, 13 Agustus 2018, meski di pagi harinya bertemu gempa susulan lagi. Akan tetapi hal tersebut sama sekali tidak menyurutkan niat saya untuk menonton kembali, lebih pasnya melanjutkan menonton film Sebelum Iblis Menjemput. Kali ini saya sendirian, karena tidak ada satupun teman yang traumanya hilang, mereka masih belum berani mendekati gedung-gedung tinggi. Hanya saja, saya tidak benar-benar sendirian, untungnya ada beberapa penonton lain yang mengisi seat auditorium bioskop.

PENGAP! Sudah tidak heran bagi kita melihat penonton akan merasa pengap saat menikmati tiap suguhan dari Timo Tjahjanto, termasuk Sebelum Iblis Menjemput ini. Sutradara gila itu memang tidak pernah gagal mencekik setiap pasang mata yang terlanjur masuk ke dalam film, membuat mereka merasa sesak, mual, dan ketakutan. Meski kita tahu bahwa di film horror garapannya itu, Timo berusaha untuk menahan sisi ketidakwarasannya, tapi tetap saja film Sebelum Iblis Menjemput tergolong sinting!

Bagaimana tidak. Sejak awal, Sebelum Iblis Menjemput telah menampilkan ritual yang bikin jiwa penonton bergidik ngeri. Kemudian semakin ngeri dan jijik ketika scene di rumah sakit. Tambah jijik dan tegang saat teror yang sesungguhnya mulai lepas. Serta lebih tegang dan sakit waktu ‘dia’ siap menjemput. Iya, film horror terbaru ini memang memberikan sensasi snowball effect di mana ketakutan kita akan selalu membesar layaknya bola salju yang menggelinding dari puncak gunung es.

“Utang kaya dibayar jiwa!”

Konsep licik dengan memuja setan untuk memperoleh kekayaan secara instan itu memang terkesan sederhana. Nilai lebihnya adalah ide tersebut dieksekusi dengan baik. Sinematografi yang epic dan tone film yang eksotis menjadikan film ini berhasil memunculkan atmosfer mencekam. Apalagi ketika unsur itu dipadupadankan dengan scoring film yang sadis, antimainstream, dan gila. Scoring yang ditata oleh Fajar Yuskemal ini tidak tanggung-tanggung mengganggu, sebab tidak dibuat lebay dengan penempatan suara yang matching dengan adegan. Hal ini menjadikan ketakutan penonton keluar secara natural, bukan takut karena kaget mendengar musik yang keras tanpa alasan. Terkadang efek suaranya bisa bikin kita tutup kuping dan menderita ambeien seketika.

Highlight dalam film garapan sutradara Rumah Dara ini adalah penampilan Chelsea Islan (Alfie) dan Pevita Pearce (Maya) yang begitu memukau. Keduanya beradu acting memerankan tokoh yang tidak biasa seperti film mereka sebelum-sebelumnya, keluar dari zona nyaman. Di sini mereka tampil kotor dan menjijikkan. Pendalaman karakter dan penghayatan suasana yang keduanya tuangkan amat cantik sekaligus mampu merasuki setiap raga penonton seperti hologram, yang mana hal tersebut mengantar penonton merasa menjadi diri tokoh dalam film. Namun jika disuruh menilai, Chelsea-lah yang ‘berpura-pura’ secara total.

Tentunya performa Chelsea dan Pevita itu didukung juga dengan actor lainnya. Karina Suwandi (Laksmi) yang di film ini paling mencuri perhatian sebab karakternya yang dibawakannya sungguh hidup dan luar biasa, terlebih ia mampu menghipnosis dan menghadirkan trauma tersendiri dari perubahan yang terjadi pada dirinya akibat terror masa lalu. Ray Sahetapy (Lesmana Wijaya) yang hadir memualkan. Ruth Marini yang mengusik dan menusuk akibat tajamnya dirinya. Samo Rafael (Ruben) yang kata ‘Alfie’ culun. Dan semua pemain yang memiliki kapasitas kelebihan mereka masing-masing.

Selain mengusung genre horror, Sebelum Iblis Menjemput juga menawarkan unsur thriller, gore, dan drama yang ciamik. Konflik yang hadir antara seorang anak dengan keluarga tirinya terkesan begitu dalam. Thriller dan gore yang mewarnai film benar-benar akan membuat depresi dan mengganggu psikis. Kuku patah, kepala putus, limpahan darah menjadi hidangan yang membuat kita tidak nyaman duduk manis meski di kursi seempuk apapun.

Aspek lain yang menjadi fokus dalam film debut pertama Chelsea dan Pevita di genre horror ini yaitu sebuah pelayanan yang ditujukan untuk kedua pasang telinga. Pendengaran kita segera jatuh cinta saat lagu tema berjudul “Hampa” dari Artidewi mulai terdengar mengisi film. Original soundtrack tersebut sengaja di-compose untuk Sebelum Iblis Menjemput dengan nuansa jadul.

“Nara, temenin Ibu ….”

Suara halus itu sama sekali tidak membuat hidup penonton aman. Malah dapat menciptakan mimpi buruk bagi yang mengalaminya. Begitulah cara film yang diproduseri juga oleh Abimana Aryasetya ini menghadirkan kengerian yang tiada habisnya. Tingkat seram yang mampu mengurangi udara yang masuk ke dalam paru-paru, alias bikin ngos-ngosan.

Namun di dunia memang tidak ada yang sempurna. Ada kejanggalan yang saya temukan di film ini: Kenapa Alfie sudah dihantui sejak awal? padahal akses antara dua dunia itu terletak di pintu ‘terlarang’ yang berada di dalam vila.

Ohya, di film Sebelum Iblis Menjemput, saya merasakan adanya benang merah antara film Timo Tjahjanto terdahulu. Di mana sosok yang kita ‘sebut namanya’ adalah iblis itu memiliki tanduk dan sayap, bak Baphomet. Penampakan itu mengingatkan saya dengan bayi yang dilahirkan Hannah Al Rashid (Lena) di film Safe Haven. Dalam film pendek yang masuk pada salah satu segmen di film antologi V/H/S/2 tersebut, terdapat sekte sesat yang di Sebelum Iblis Menjemput juga muncul dalam diri ‘The Priestess’. Selanjutnya, apakah Alfie adalah Ailin di film Headshot yang karirnya rusak semenjak kembali ke Jakarta setelah apa yang dialaminya?

Untuk kalian pecinta film, khususnya film horror Indonesia. Maka SEBELUM IBLIS MENJEMPUT layak disaksikan  mumpung masih tayang, karena di film ini kita tidak membutuhkan waktu lama untuk menunggu apa yang mau kita lihat.

SINOPSIS:

Sebelum Iblis Menjemput menceritakan pengalaman Alfie (Chelsea Islan) seorang perempuan muda yang dihantui masa lalunya yang kelam. Ketika ayahnya terasingkan, Lesmana (Ray Sahetapy) koma karena gejala penyakit misterius, dia memutuskan untuk mendatangi Villa yang suka didatangi ayahnya.

Di sana Alfie berusaha mencari tahu apa yang terjadi kepada ayahnya dan ibunya yang dulu meninggal secara janggal. Di sana jugala dia bertemu dengan Maya (Pevita Pearce) saudara tirinya yang mempunyai agenda tersendiri.

Di villa ini mereka semua akan menguak rahasia mengerikan Lesmana yang mungkin akan membawa mereka ke nasib yang lebih mengerikan dari kematian.

SEBELUM IBLIS MENJEMPUT, aku mau kasih fanart biar iblisnya baik-baik ke aku. . . . Sebelum Iblis Menjemput is coming out today in theater. . #sebelumiblismenjemput #firstday #maythedeviltakeyou #art #portrait #watercolor #pencil #drawing #painting #horror #movie #film #actor #indonesia #filmindonesia

151 Likes, 10 Comments - fr (@firdiramadhan) on Instagram: "SEBELUM IBLIS MENJEMPUT, aku mau kasih fanart biar iblisnya baik-baik ke aku. . . . Sebelum Iblis..."