Buku motivasi, mungkin itu cocok saya sematkan untuk buku yang terakhir saya baca beberapa hari yang lalu. Kenapa? Karena nggak tau kenapa, setelah membaca buku dengan judul JOMBLO NGOCEH ini, saya kok jadi agak bijak gitu dan hasrat saya untuk melanjutkan novel saya yang tak kunjung rampung itu mulai muncul lagi.
JOMBLO NGOCEH adalah
salah satu buku yang memang isinya tidak ketebak. Saya menduga tidak sedikit
orang yang menyangka buku tersebut berisi tentang ocehan-ocehan para jomblo
kebanyakan sesuai dengan judulnya, bahkan saya pun mengira hal yang seperti
itulah yang terjadi di dalam buku karya Fariz Anshar ini. Tapi begitulah ...
semuanya salah! Buku pertama dari penulis yang namanya sudah saya sebut tadi ternyata
mengambil sudut pandang orang pertama yang mana orang itu adalah sang penulis
itu sendiri. Di dalam buku, dia menuliskan mengenai ocehan yang dirinya
ocehkan, dirinya yang memang suka ngoceh dan dirinya yang memang seorang jomblo
(sejati). Dan anehnya lagi, ocehan jomblo seperti Fariz itu antimainstream. Seperti
yang sudah kita ketahui kalo biasanya jomblo itu identik dengan kesirikannya
terhadap orang-orang yang udah taken. Tapi ini mah berbeda. Jomblo Ngoceh
ternyata dikemas dengan menampilkan isu-isu terkini, seperti isu sosial, budaya,
ekonomi, bahkan politik.
Selesai membaca bagian
prolog, memang saya kurang tertarik untuk melanjutkan karena pada dasarnya saya
ini kurang menyukai membaca sesuatu yang terlalu ‘serius’ (kecuali dibutuhkan).
Tapi nyatanya isi bacaan dalam Jomblo Ngoceh tidaklah seserius yang saya
bayangkan. Buku yang ditulis oleh pria berkacamata itu menggunakan bahasa yang
ringan namun bisa nyampe ke pikiran pembaca (dalam hal ini saya sendiri). Terkadang
di beberapa part, penulis sengaja menambahkan bumbu komedi. Kelihatannya itu
memang pantas diletakan supaya otot masih bisa sesekali buat rileks.
Untuk kelebihan dari
buku yang baru-baru terbit ini bisa kalian simpulkan sendiri dari tulisan di
atas. Sedangkan kekurangannya (ya, semua pasti punya kekurangan, karena hanya
Tuhan Yang Maha Sempurna) ...kekurangan dari buku ini yaitu kurang banyak,
masih ada typography error di sana-sini, pengaturan ‘chatting’ yang agak
membingungkan, dan apalagi ya ...mungkin itu saja....
Overall, saya suka.
Kalau tidak suka, mana mungkin saya bisa khatam membacanya dalam waktu satu
hari saja.
Buku ini saya
rekomendasikan untuk kalian semua baca agar bisa menambah wawasan kalian
seputar isu kekinian dan tentunya buku ini juga memberikan kejutan yang membuat
kalian berkata, “Oh, begitu.”
Beli di sini!
Beli di sini!
Intinya, kalian jangan
terlalu berekspektasi lebih tentang buku yang judulnya unik tersebut. Sebab sejatinya
kata jomblo di sana tidak sama sekali menyuarakan kata hati kamu kok, Mblo.
Jadi para jomblo tidak perlu merasa tersindir gitu. Dan untuk yang bukan
jomblo, sebenernya buku ‘nyeleneh’ ini bisa kalian baca juga.
Berikut adalah sedikit
deskripsi mengenai buku Jomblo Ngoceh:
Konon katanya, jomblo itu terikat dengan kesepian, kebosanan, dan kesedihan. Tapi faktanya (terdiam sejenak) memang benar sih. Tapi tenang, hidup itu kan dinamis, tidak selalu selama hidup ini terus diisi dengan kesepian, kebosanan, dan kesedihan, kan. Masih banyak hal selain itu, misal kesunyian, kejenuhan, dan kegundahan. Nah, untuk mengisi waktu kosong saat perpindahan dari sepi ke sunyi, bosan ke jenuh, dan sedih ke gundah, ada baiknya memanfaatkan waktunya untuk hal yang tidak bermanfaat. Jadi, hal yang tidak bermanfaat itu adalah membaca paragraf pertama ini.
Anggap saja paragraf pertama tidak pernah ada di dunia ini, kalaupun ada itu hanya rohnya doang yang masih gentayangan, soalnya dia mati ketabrak kereta gantung. Ngomongin kereta gantung, dia punya persamaan dengan jomblo, sama-sama nggak ada pasangan. Tapi, kereta gantung lebih beruntung, walaupun nggak punya pasangan, tetapi masih banyak orang yang mau mengisinya. Lah kalo jomblo, udah nggak punya pasangan, terus nggak ada orang yang mengisi hatinya juga. Kira-kira seperti itulah jomblo ngoceh.
Tapi bedanya, dalam lektur ini tidak menceritakan soal kesedihan jomblo, roh yang masih gentayangan, atau bedanya kereta gantung sama jomblo. Di dalamnya, Anda akan menemukan jomblo ngocehin fenomena-fenomena sosial yang terjadi di negeri ini. Tapi jangan pernah berharap lebih, karena ini cuma ocehan dari seorang jomblo, jadi tidak akan pernah ada keseriusan di dalamnya.
Terakhir, buku ini “jebrol” karena kesendirian. Jadi, terkadang sendiri itu indah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar