Kembali ke kisahku..
Saat
usiaku masih di bawah lima tahun, aku ditinggal pergi Ayahku untuk selama-lamanya.
Ayah kini tenang di sisi Tuhan. Dan sejak itulah aku sering melihat sosok
dimensi lain, tapi aku belum tahu yang aku lihat itu apa. Apakah hanya
imajinasiku atau apalah?, memang di usia sedini itu cukup sulit untuk
mengetahui hal-hal seperti yang namanya hantu.
Makhluk
beda alam sekarang sering menggangguku. Pertama, aku dihantui oleh makhluk
berawakan kerdil, botak, dan berjenggot. Dia menyeringai ke arahku. Kulitnya
yang berlipat menandakan bahwa ia sudah tua. Matanya yang bulat menatapku
tajam, itu mampu melemahkan nyali
kekanak-kanakanku. Aku benar-benar tidak sengaja melihat makhluk sialan itu.
Sekarang aku menyesal, kalau saja saat itu aku tidak membuka gorden jendela
kamar yang langsung menghadap gang di samping rumah dalam keadaan langit sudah
gelap, mungkin sampai hari ini aku tidak pernah bertemu dengan dia. Ya
sudahlah, takdir rupanya memang mau aku mengalaminya.
Setelah
wajah kami saling berhadapan, dan makhluk itu mendengus kesal, aku langsung
menutup kembali gorden jendela kamar lantas berlari mencari ibu yang berada di
dapur bersama kakak perempuanku. Aku menceritakan peristiwa yang baru saja aku
alami.
“Bu,
tadi di luar siapa?,” tanyaku dengan diselimuti ketakutan
“Di
mana?” Ibu berbalik nanya
“Jendela.”
Aku menunjuk ke arah kamar.
Tanpa
berpikir panjang, kaki ibu mulai melangkah menuju kamar, membuka gorden. Namun
kosong. Tak ada siapa pun. “Mana?”
“Tadi
ada di sini kok!. Serem.”
Sepertinya ibu merasa ada aura lain, bulu halus yang tumbuh di sekujur tubuhnya telah
tegak berdiri. Tetapi karena tidak menemukan siapa atau apa pun di luar sana,
ibu memutuskan untuk beranjak tanpa mengingat kejadian yang kualami. Ya mungkin
supaya aku tidak semakin takut.
Malam
semakin larut, mata sudah tak mampu menahan rasa kantuk. Sudah saatnya untuk
aku tidur, anak seusia aku waktu itu memang membutuhkan istirahat yang lebih.
Lantunan lagu nina bobo dinyanyikan ibu mengantarkanku untuk segera tidur.
Sunyi. Detik jam dinding juga terdengar cukup keras seperti mengiringi lagu
yang sekarang sedang berusaha membuatku terlelap. Setelah itu aku tidak sadar
apa yang terjadi karena aku sudah nyenyak bermimpi.
Tidak
tahu sudah berapa lama aku terbaring pulas di atas ranjang. Yang pasti ketika
dini hari aku terbangun karena merasa haus. Ah aku masih manja, jadi aku
bangunkan ibuku untuk mengambilkanku air dingin di kulkas. Sebelumnya, mataku
tak sengaja menangkap sesosok bayangan berbalut kain putih menutupi seluruh
tubuhnya kecuali bagian muka, sedang berdiri persis di mulut pintu kamar.
Apakah itu pocong? Aku benar-benar tidak tahu. Tetapi sepertinya itu memang
pocong jika dilihat dari ciri yang dimilikinya. Setelah berhasil membangunkan
ibu dari tidurnya, sosok yang tadi menghilang entah kemana. Pikiranku
tak karuan, namun aku tak mau terlalu memperdulikan pocong itu lagi.