Dua tahun silam, Alfie dan Nara berhasil selamat dari
kematian yang mengancam jiwa mereka dalam May The Devil Take You (Sebelum Iblis
Menjemput). Film yang sukses memberikan warna baru di industri perfilman
Indonesia itu ternyata memiliki sekuel bertajuk May The Devil Take You Too [Sebelum
Iblis Menjemput Ayat 2 (SIMA2)] yang pastinya sangat ditunggu-tunggu. Dalam kelanjutannya,
Alfie dikisahkan hidup dengan penuh rasa trauma dari masa lalu. Ia dipaksa
membantu tujuh anak muda yang ingin bebas dari sebuah kutukan yang sedang
mengincar nyawa mereka. Namun semua seakan sia-sia setelah sosok Ayub bangkit
seolah menuntut balas. Lantas mampukah mereka melawan setiap bahaya yang
datang? Lalu apakah yang membuat film ini sangat layak ditonton? Bet you don’t wanna miss this one. Simak
ulasan berikut ini!
Definisi horror bisa dikatakan sudah dapat dirangkum
dalam film Ratu Ilmu Hitam. Film ini benar-benar memberikan ketegangan yang
tiada henti, sejak awal hingga akhir selalu dipenuhi teror yang bakalan buat
penonton merasa ingin menyudahi semuanya. Bukan karena filmnya sampah, tapi
karena apa yang disuguhkan Ratu Ilmu Hitam terlalu mengerikan.
Sejarah perfilman Indonesia terkesan
sudah berubah sejak Gundala lahir di layar lebar 29 Agustus 2019 lalu. Gundala
adalah gerbang untuk memulai rangkaian jagat film superhero Indonesia. Film ini
digarap dengan begitu serius sehingga presentasinya tidak terlalu terasa corny atau nonsense. Gundala
menghadirkan sebuah origin story
superhero lokal yang dalam hal ini disebut sebagai patriot.
Setelah menyuarakan rasa. Aku
mengerti kamu sudah memilih langkah bersimpang untuk mencari gerimis yang lebih
sejuk. Sedang aku menuju tanah lapang berharap hatiku bisa selapangnya. Aku
bukan tujuanmu. Barangkali denganmu hanyalah angan yang tak sempat untuk
disentuh, terlalu lama melayang hingga akhirnya jatuh. Kamu sama sekali malas
untuk sekadar menitipkan hati. Ini semua terlanjur berakhir pada kecewa, yang
memaksaku untuk lupa. Bagiku, melupakanmu bagaikan jalan panjang berliku yang
penuh lubang. Aku harus menempuhnya sendiri, aku harus menjaga setiap langkah
yang kuambil supaya tidak terjerembab dan tersesat.
Bekal terbaik dari patah hati adalah mengikhlaskan diri dan orang lain perihal jodoh dan garis hidup.
Padahal perkenalan kita masih
dangkal, tapi sudah diliputi ketidakharmonisan. Ini salahku. Aku terlalu terburu-buru
dalam menekanmu untuk segera berpendapat. Dampaknya seakan setiap argumen itu
sukses mematahkan mimpiku. Impian bersamamu telah sirna oleh badai yang
aku buat sendiri. Ruang kita semakin berjarak. Maka dari itu aku tahu diri. Aku
amat takut menatap matamu lagi seperti kemarin. Meski tak sanggup, rupanya
menghindar cukup baik. Semata, agar kehidupanmu tidak lagi diusik oleh cinta
yang masih tersimpan untukmu ini.
Memang di satu sisi aku ingin
menjauh demi membuang ingat tentangmu, namun di sisi yang lain hati ini enggan
untuk beranjak pergi. Aku tidak bisa berbohong bahwa aku masih menyayangimu
dengan sebenar-benarnya. Bahkan aku masih tidak sempat berpikir soal mengapa pesan
berupa kata “hai” saja mampu mengubahku menjadi dua pribadi berbeda yang
menimbulkan konflik batin. Boleh jadi, pesanku tergolong kalimat basa-basi yang
dengan gampangnya diacuhkan. Padahal aku perlu banyak detik untuk bergumul
dengan perasaan sendiri: apakah lanjut dikirim atau dihapus. Ini cuma alibi
supaya aku merasa kamu masih ada untuk jiwaku yang sepi.
Berbanding terbalik dengan
pesanmu. Kadang aku iri karena kamu dapat membuat orang sepertiku mencair hanya
dengan kata singkat. Kemudian saat itu aku bisa bergejolak mencari tahu cara
yang mampu membuatmu bertahan dalam lingkaran obrolan tersebut. Entah aku harus
berperan sebagai orang yang kerap meminta laporan mengenai kabarmu,
kesibukanmu, dan semua hal yang ada di keseharianmu. Terkesan klise, memang.
Kamu mungkin tak pernah tahu
bahwa setiap hari pikiran perihal dirimu selalu muncul dalam imajinasiku. Memikirkanmu
sudah menjadi candu, aku tidak ambil pusing bila suatu saat kamu memikirkanku
cumalah canda. Yang terpenting di setiap waktu, aku pasti selalu menyediakan
momen di mana aku harus melihat aktivitasmu walau jarang kutemukan. Meski begitu,
aku membenci diriku jika tiap melihat seluruh aktivitasmu masih saja menyisakan
benih rasa yang belum hilang. Mungkin aku terlalu naif, terlalu munafik untuk
memungkiri setiap perasaanku.
Maaf atas ego yang bersikeras
mencintaimu ini. Aku terlalu menggantung semuanya. Aku hanya ingin kau tahu
cinta bisa jatuh di mana saja, kapan saja, dan untuk siapa saja. Lalu lewat
pertemuan itu, malam silam, dan kepadamu … aku jatuh cinta. Sehingga aku sulit
menghapusmu. Membuka lembaran baru itu tidak mudah, kamu sudah terlanjur aku
pilih.
Sesungguhnya aku lelah diterkam
keadaan. Aku ingin berdamai, berdamai dengan diriku. Aku harus membawa diriku
kembali pada titik awal di mana rasa itu belum ada. Sebab sekarang aku sudah
tahu bahwa kamu tidak menunjukku. Iya, mau dikata apapun, jejak kita tidak akan
pernah sama. Membuat di kondisi begini, aku tertatih, aku seolah hilang arah.
Kecewa dari suatu keberanian lebih baik ketimbang harus terjebak dalam radius perasaan yang belum sempat tersampaikan.
Sebelum mengusaikan tulisan ini,
aku ingin bercerita sedikit mengenai pertemuan kita beberapa waktu lalu. Saat itu
aku mengutuk diriku karena tidak teliti dalam membaca pesanmu. Hal yang
membuatku terlambat menemuimu, walau hanya sekitar 9-an menit. Aku betul-betul
sulit memaafkan diriku sendiri, bahkan kejadian itu cukup mampu menghempaskanku
ke jurang yang amat dalam.
Detailnya, padahal aku sudah siap
untuk berangkat. Hanya saja aku dibuat ragu oleh keteledoranku. Pesanmu terlewat
untuk kubaca. Pesan berisi waktu pertemuan. Aku seperti acuh, malah duduk
santai menunggu kabar darimu. Coba saja kamu tidak bilang “8 to 14”, mungkin aku bakal semakin berlama-lama di rumah. Itu pun
kepekaanku seakan lenyap, aku masih belum terlalu paham maksud kalimat itu
sampai dirimu mengingatkanku dengan lebih pasti.
Seketika aku selayaknya orang
yang baru bangkit dari kematian. Aku kaget bukan main. Tanpa berpikir panjang
lagi, aku langsung bergegas mencarimu. Berharap detik tidak berlalu dengan
cepat agar aku bisa mengejar dan tepat waktu. Akan tetapi keinginanku pupus,
aku telat. Sekian menit yang berharga dengan mudahnya kubuang percuma. Aku
sungguh menyesal.
Kamu menyambutku dengan senyum
yang tetap istimewa. Kamu tidak begitu mempermasalahkan salah yang aku perbuat.
Kita tetap hangat kala itu. Kemudian kita duduk di kursi panjang lengkap dengan
mejanya. Aku mengeluarkan laptop untuk melanjutkan sesuatu yang bisa kusebut
sebagai tanggung jawab. Percakapan yang terjadi hanya sedikit, sebab pada
akhirnya kita sama-sama sibuk sendiri setelah kamu mengeluarkan laptop juga.
Sesekali aku mencuri pandang.
Tidak terasa, waktu berjalan memaksa
kita untuk berpisah lagi. Aku tidak mengerti mengapa setiap bersamamu waktu
seolah menjadi lebih ringkas, sementara saat jauh darimu waktu menjadi lebih
panjang. Buah dari itu, aku merindukanmu.
Jika cinta hanya menjadi semoga, jangan sampai ia membawa pada kegiatan pelarian yang salah.
Dan kini kubiarkan saja semuanya
berjalan sesuai masanya. Semoga saja itu bukan pertemuan terakhir kita. Aku
masih menyimpan harap untuk dapat berjumpa lagi meski saat ini kutahu semua
sudah berbeda. Terlepas dari itu, aku berusaha menyangga perasaan ini agar tak
berujung salah. Mencoba membunuh harap.
Terkadang kuanggap diriku serupa
sebatang lilin di atas kue ulang tahun. Kau padamkan aku, lalu semua raga
bertepuk tangan gembira. Aku hancur.
Sebelum iblis menjemput di hari Kamis, 9 Agustus 2018, saya sudah punya rencana untuk menonton ramai-ramai bersama teman-teman sekaligus sebagai ‘syukuran’ atas kewisudaan saya dan beberapa teman pada 28 Juli lalu. Namun bencana gempa yang hadir rupanya sukses memutarbalikkan apa yang telah ditulis dalam agenda harapan. Ini adalah bukti bahwa takdir Tuhan lebih hebat. Sehingga tepat di hari pertama perilisan serentak tersebut, pukul 12.30 WITA yang terealisasi hanyalah saya tetap menonton Sebelum Iblis Menjemput bersama seorang sahabat. Iya, berdua saja. Bahkan berdua di dalam auditorium CGV Transmart Mataram.
Mencintai produk lokal sudah
menjadi keharusan bagi segenap bangsa sebagai upaya untuk ikut mendukung produk
lokal itu sendiri agar dapat bersaing dengan produk impor. Begitu banyak pelaku
bisnis lokal yang keberadaannya tergerus oleh pengusaha besar dari luar yang
membuat industri mereka tersedat. Dengan usaha yang mandek tersebut, maka
dikhawatirkan mata pencaharian mereka akan hilang atas pengaruh dari penurunan
omzet penjualan.
Memperhatikan kondisi yang
tidak menguntungkan di atas menuntut adanya media yang sekiranya bisa
menciptakan interaksi antara permintaan dan penawaran terhadap produk lokal.
Salah satu alternatif solusi yang dapat dijalankan yaitu dengan menghadirkan
sebuah lapak bisnis online yang memasarkan produk anak bangsa ke seluruh
penjuru dunia. Sehingga diharapkan mampu mengangkat eksistensi dan kreativitas
warga yang selanjutnya berdampak pada kemaslahatan masyarakat.
Dengan mengedepankan prinsip
efisiensi dan efektivitas dari sebuah situs diharapkan dapat menjembatani dan
mengangkat produk lokal agar lebih dikenal dan diperoleh hasil yang maksimal.
Untuk itu, Qlapa hadir di tengah-tengah masyarakat sebagai jawaban atas
pertanyaan, masalah dan harapan yang belakangan ini selalu diperbincangkan. Situs
ini menjadi gebrakan pilihan untuk bisa memasarkan produk secara online.
Sebagai manusia, hidup memang
harus dijalani secara seimbang. Setelah badan lelah dengan tumpukan kewajiban
di hari kerja, maka sudah seharusnya kita memberi hak kepadanya untuk dapat
berelaksasi. Dengan berlibur, misalnya.
Berlibur sekiranya dapat
memperbaiki suasana hati dan pikiran yang telah dipaksa untuk menyelesaikan
tugas beserta masalah-masalahnya. Lalu, berbicara soal berlibur, kita tidak
perlu membahas terlalu jauh seperti jalan-jalan ke Eropa, Amerika, atau negeri
seberang lainnya. Cukup dengan menyisir serpihan surga di bumi pertiwi ini saja
dirasa sudah mewakili arti sebuah liburan yang berkualitas.
Bersama ribuan pulau yang
menghiasi negeri ini menjadi alasan bahwa Indonesia merupakan salah satu destinasi
wisata yang direkomendasikan. Kemudian karena ribuan pulau itu juga membuat
penulis merasa kebingungan jika harus memilih bagian Indonesia yang mana yang
sebaiknya diulas dalam tulisan kali ini. Namun, oleh sebab penulis adalah
Putera Sasak, maka tidak pantas jika penulis masih merasa bimbang dalam
menentukan pilihan.
Adalah Lombok, salah satu
pulau besar selain Pulau Sumbawa yang menyusun provinsi Nusa Tenggara Barat.
Sebutan pulau besar tersebut sebenarnya hanya keinginan penulis untuk
menggambarkan betapa kompleksnya Lombok menyimpan keindahan di atas tanah yang
mungil. Lombok yang selalu membuat seseorang tidak pernah bisa menghabiskan
serentetan cerita yang ada di dalamnya. Lombok yang melahirkan Bajang dan
Dedare (bahasa sasak: Putera dan Puteri) Sasak. Sasak yang merupakan suku di
pulau yang dikenal juga dengan sebutan Gumi Gora ini.
Pada ulasan ini, penulis akan
mengangkat sisi lain dari Lombok yang sebenarnya tidak melulu tentang Pantai
Senggigi, Gili Trawangan, Air Terjun Benang Kelambu, atau Gunung Rinjani.
Lombok sendiri masih punya banyak objek pariwisata lain yang begitu jarang
disampaikan. Mari kita kuak secara blak-blakan
satu per satu.
Sumber: Album teman (Haerul Rozi) - Puncak Gunung Rinjani |
DESTINASI WISATA HALAL
Beberapa tahun yang lalu,
tepatnya pada 2015 dan 2016 Lombok selalu berhasil membawa pulang penghargaan
Wisata Halal Dunia pada beberapa kategori. Hal ini sangat berkaitan dengan
keberadaan muslim yang menjadi agama mayoritas. Selanjutnya Lombok bahkan amat
kental juga dengan julukan Pulau Seribu Masjid. Tidak sembarang diberi label
seribu masjid, ini dikarenakan Lombok sendiri memang memiliki bangunan masjid
sekitar lima ribuan. Jadi tidak heran jika saat berkunjung ke Lombok kita akan
menyaksikan beberapa masjid ada yang saling berhadapan bahkan bersebelahan.
Uniknya lagi, ketika akan
dilangsungkan ibadah sholat jum’at, di beberapa tempat memberlakukan sistem
bergilir. Maksudnya, minggu ini sholat jum’at dilakukan di Masjid A, minggu
depan di Masjid B. Saking banyaknya masjid-lah yang membuat kondisi seperti itu
bisa terjadi. Tentu saja hal tersebut kemudian bisa menjadi sarana untuk
mengeratkan tali persaudaraan antarpenduduk desa di Lombok.
Selain keunikan tadi, terdapat
keistimewaan lain yang dimiliki dari adanya ribuan masjid di Lombok. Setiap
kali seruan azan dikumandangkan, maka akan terdengar seperti saling bersahutan
tiada henti. Pun saat Bulan Ramadhan, pengeras suara masjid biasanya digunakan
untuk membangunkan umat Islam untuk melaksanakan santap sahur. Kejadian lucu
yang pernah penulis dengar perihal peristiwa itu terkait dengan adanya seorang
wisatawan mancanegara yang menginap di suatu hotel sempat terbangun dan panik mengira
terjadi suatu bencana, setelah ia bertanya kepada resepsionis, ternyata suara
ribut yang membuatnya kembali sadar tersebut adalah ajakan untuk segera makan
sahur. Dan si pelancong hanya bisa menganggukkan kepalanya, lega.
Sumber: Album Pribadi - Menara IC Mataram |
Follow Me
Popular Posts
-
Kali ini gue pengen ngereview film di luar genre kesukaan gue. Dan belum pernah ada di blog ini. So, this is my first time to review drama...
-
BAB II Pembahasan 2.1. Lokasi/Letak Perusahaan 2.1.1. Pengertian Lokasi Perusahaan adalah suatu tempat di mana perusahaan ...
-
Sebuah kebanggaan bisa menikmati lagi karya amazing dari idola sejuta umat, siapa lagi kalau bukan Bondan Prakoso. Hari ini, Senin, 08 D...
Labels Cloud
Diberdayakan oleh Blogger.